Didik Calon Entrepreneur Agar Kita Tidak Seperti Maori, Aborigin dan Indian: Pabrik Notaris


Pabrik Notaris

Oleh Iman Supriyono, Konsultan Bisnis pada SNF Consulting, http://www.snfconsulting.com

University Inn Hotel 10 Desember 2011. Di hotel milik Universitas Muhammadiyah Malang ini saya mengikuti acara economic Outlook yang digelar oleh forum dekan fakultas ekonomi dan sekolah tinggi ilmu ekonomi Perguruan Tinggi Muhammadiyah se Indonesia.

Saya tertarik sekali dengan analisis Hendri Saparini, salah satu pembicaranya. Membaca data yang ada, Ekonom Indef menyimpulkan bahwa sepuluh dua puluh Indonesia akan tumbuh sebagai super power ekonomi dunia. Melihat trend statistik, menurut ekonomi berjilbab ini, prediksi ini tidak terbantahkan.

Ekonomi Indonesia akan tumbuh luar biasa. Sayangnya, ada catatan yang sangat menghkhawatirkan. Catatan itu adalah tentang siapa yang berperan besar dalam ekonomi yang tumbuh itu. Menurut analisis Saparini Juga, ternyata yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi itu bukanlah anak negeri.

Segera saya membayangkan Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Tiga negera ini saat ini secara ekonomi memang sangat maju. Tetapi yang menyedihkan adalah, ekonomi yang maju itu bukan milik orang Maori, Aborigin dan Indian sebagai penduduk asli negeri-negeri itu. Anak negeri ketiga raksasa ekonomi itu tidak punya peran. Bahkan secara populasi pun mereka tinggal berada pada angka belasan persen dari total penduduk nasional.

SNF Consulting: Untuk entrepreneur yang selalu ingin belajar dan membantu orang lain bisa belajar…..Membesarkan Perusahaanya

•••

Ditinggalkan oleh orang terdekat menghadap-Nya berkesan luar biasa. Demikian pula ketika saya ditinggalkan oleh seorang guru. Dinggalkan oleh guru dalam kehidupan. Dialah Pak Abdul Rachim atau yang biasa dipanggil dengan Pak Rohim. Ya, bulan lalu beliau meninggal dunia setelah sebulan menderita sakit serius.

Sedih? Tentu karena selama ini Pak Rohim telah saya rasakan perannya sebagai guru sebenarnya. Tetapi ada yang melegakan juga dari kepergian beliau: Yang menyolatkan banyak sekali. Saya tidak tau persis jumlahnya. Tapi Masjid Aqshol Madinah yang besar dan megah di komplek pesantren Hidayatullah itu hampir penuh. Satu shaff berisi kira kira untuk 50-60 orang. Saat itu kira kira ada 10-an shaff. Jadi ada sekitar 500 orang yang menyolatkannya.

Tidak banyak orang yang jenazahnya disholatkan oleh orang sebanyak ini. Tentu ada sesuatu yang istimewa. Pak Rohim memang saya rasakan
istimewa. Salah satunya dan yang fenomenal adalah konsistensinya untuk selalu mendidik orang lain. Sebagai salah satu gambaran, saat beliau menghadap-Nya, ada 7 orang yang telah sukses dididiknya menajadi notaris. Salah satunya adalah Pak Budi Pahlawan, notaris di Surabaya yang saat ini juga ketua majelis wakaf dan kehartabendaan PWM Jatim, menggantikan amanah mengurusi legalitas asset-asset Muhammadiyah yang sebelumnya dipegang Pak Rohim

Bahkan ada yang sangat fenomenal: Notaris Abdul Kirom. Mengapa fenomenal? Kirom, demikian ia biasa dipanggil adalah salah seorang pembantu rumah tangga Pak Rohim. Kerjanya adalah bersih bersih mobil, taman, kamar mandi dan sejenisnya. Semuanya dilakukan sambil sekolah di Fakultas hukum dan kemudian sekolah notaris yang tentu biayanya tidak murah. Kini ia telah buka kantor sendiri sebagai notaris dan PPAT di Sidoarjo. Pembantu menjadi notaris!

•••

Kekhawatiran Hendri Saparini tidak akan terjadi andai saja para pengusaha mau bekerja keras mendidik orang lain untuk menjadi pengusaha. Tentu tidak mudah. Tetapi bukan berarti tidak mungkin. Walaupun bidangnya agak berbeda, Pak Rohim memberi teladan luar biasa. Walaupun pejabat negara, seorang Notaris mau tidak mau harus punya karakter entrepreneur karena ia bekerja tanpa gaji dari pemerintah. Bahkan ia harus menggaji staf- stafnya. jadi pada dasarnya notaris adalah entrepreneur juga. Saya belum pernah menjumpai notaris yang mampu mendidik 7 orang orang disekitarnya menjadi notaris. Andai saja para pengusaha negeri ini bisa meneladani Pak Rohim dan mendidik orang orang disekitarnya untuk menjadi pengusaha seperti dirinya, dua puluh tahun lagi indonesia yang maju itu tetaplah milik kita. Milik anak negeri.

Aborigin sebagai anak negeri Australia

Kita tidak akan bernasib seperti Maori, Aborigin atau Indian. Kita akan menjadi bangsa yang kuat di tangan anak negeri. Maka…wahai para pengusaha…. didiklah anak negeri. Jadilah gurunya para pengusaha. Agar anak negeri berperan besar bagi kemajuan Indonesia yang tak terelakkkan. Paling tidak….agar menjadi catatan kebaikan saat ajal menjemput. Agar banyak orang yang datang medoakan. Agar banyak orang yang menyolatkan. Seperti Pak Rohim yang “pabrik notaris”. Menjadi pabrik pengusaha. Bisa!

Tulisan ini dimuat di majalah Matan, terbit di Surabaya

11 responses to “Didik Calon Entrepreneur Agar Kita Tidak Seperti Maori, Aborigin dan Indian: Pabrik Notaris

  1. terima kasih tulisannya Pak Iman

  2. Hayoo siapa para pengusaha yang ingin mendidik saya juga untuk jadi pengusaha sejati, saya mau dan ingin sekali..Awee 021.93669003

  3. kepedulian untuk mencetak entrepreneur ataupun pengusaha hanya dimiliki oleh orang yang memiliki nurani.

  4. Ping-balik: Buku Guru Goblok Ketemu Murid Goblok – SNF Consulting

  5. Sebuah warning yg bagus u kita menyiapkan diri u menjadi tuan rumah di negeri sendiri n tdk hanya jadi penonton n just konsumen bagi pelaku bisnis asing, bagus pk tulisanya

  6. Ping-balik: Visi Besar Keluarga Entrepreneur dan Perceraian | Catatan Iman Supriyono

Tinggalkan komentar